Ancaman COVID-19 dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, tak terkecuali keluarga nelayan yang tinggal di kawasan pesisir Indonesia serta masyarakat yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap sumber daya perikanan Masih minimnya perlindungan dari Negara membuat keluarga nelayan dan pelaku sektor perikanan rakyat lainnya kini menjadi kelompok yang paling rentan menghadapi persebaran COVID-19 di Indonesia. Karenanya pemerintah diharapkan untuk segera memberikan perhatian kepada keluarga nelayan dan pelaku perikanan rakyat lainnya yang rentan terdampak penyebaran COVID-19.
“Pemerintah wajib mengalokasikan dana perlindungan khusus untuk keluarga nelayan yang pendapatannya menurun akibat penyebaran COVID-19,” sebut Lis M. Yapanto (19/7). Tetapi dengan pandemi COVID-19 ternyata berdampak bagi nelayan. Meski hasil tangkapan normal, tetapi harga-harga ikan menjadi anjlok. Misalnya untuk udang dogol yang biasanya dapat mencapai Rp70 ribu/kg kini menjadi Rp45 ribu/kg. Kemudian untuk udang peci yang biasanya Rp150 ribu/kg, kini menjadi Rp110 ribu/kg. Bawal putih ukuran kecil (1 ons) yang biasanya Rp85 ribu/kg menjadi Rp65 ribu/kg. Untuk ukuran besar (0,5 kg) dari biasanya Rp215 ribu/kg, menjadi Rp180 ribu/kg.Kondisi pandemi Covid-19 menjadikan harga iklan menjadi anjlok. Otomatis, nelayan kecil makin terpuruk dengan kondisi ini. Misalnya saja, dalam kondisi normal, satu grup nelayan dapat menghasilkan Rp4juta hingga Rp5 juta, kini turun antara 30% hingga 40%,” jelasnya pada Kegiatan Webinar Nasional "Revitalisasi Perekonomian Nelayan Dengan Harga Ikan Yang Baik untuk Konsumen di Tempat Pelelangan Ikan Pasca Covid-19"
Kondisi pandemi berdampak buruk kepada nelayan. Sebetulnya bukan persoalan sulit menangkap, tetapi karena pandemi membuat pasar ikan tidak normal. Yang biasanya ikan dapat diekspor, kini sulit atau bahkan tidak bisa. Perdagangan ke luar daerah juga menurun, sehingga berdampak pada harga ikan yang merosot. Inilah dampak pandemi COVID-19 bagi nelayan. Setidaknya, ada dua dampak yang harus ditanggung oleh keluarga nelayan dan pelaku perikanan rakyat akibat penyebaran COVID-19, Pertama, tertular COVID-19 dengan cepat. Kedua, lumpuhnya kehidupan ekonomi dalam bentuk menurunnya pendapatan karena terputusnya rantai dagang (supply chain) ikan dari nelayan sebagai produsen kepada masyarakat luas sebagai konsumen. “Dua ancaman ini harus dihadapi oleh keluarga nelayan di Indonesia,” ucapnya.
Dengan turunnya harga tangkapan, praktis transaksi di tempat pelelangan ikan (TPI) juga merosot tajam. “Untuk TPI Pandarang saja, saat sekarang juga mengalami penurunan antara 30% hingga 40%. Dalam kondisi normal, setiap harinya ada transaksi dengan nominal Rp20 juta hingga Rp30 juta. Tetapi saat ini, hanya tersisa Rp8 juta hingga Rp10 juta. Bukan karena ikannya yang kurang, tetapi anjloknya harga. Anjloknya harga disebabkan karena memang permintaan menurun. Dengan adanya pandemi COVID-19, angkutan juga terpengaruh, sehingga tidak banyak hasil tangkapan yang dibawa ke luar kota,”ungkap Lis.
Untuk nelayan dengan kapal di bawah 5 grosston (GT) memang lebih terdampak. Maka dari itu, pihaknya tengah mengusulkan supaya ikan laut menjadi salah satu yang dapat dibeli pemerintah agar menjadi dapat menjadi bahan bantuan untuk warga lainnya. “Jadi, kalau bisa pemerintah membeli hasil tangkapan dan nantinya ikan hasil pembelian dijadikan untuk bahan bantuan warga lain yang terdampak,” ungkapnya.
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan akan melaksanakan Banding terkait dengan hasil Akreditasi dari BAN-PT.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNG akan melakukan Akreditasi Program Studi. Adapun Program Studi yang akan di Akreditasi yakni Program Studi Teknologi Hasil Perikanan. Pelaksanaan Akreditasi pada tanggal 16- 18 September 2016.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNG dalam waktu dekat akan melakukan Akreditasi Program Studi. Adapun Program Studi yang akan di Akreditasi yakni Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Pelaksanaan Akreditasi pada tanggal 05 - 07 September 2016.
Pengabdian Pada Masyarakat Oleh Civitas FPIK UNG akan dilaksanakan di Kabupaten Buol-Sulawesi Tengah. Pengabdian ini sebagai bentuk upaya penjajakan kerja sama dengan antara FPIK UNG dengan Pemerintah Kabupaten Buol Sulawesi Tengah